Opini: Waspada dan Kenali Ministroke
Refleksi Hari Stroke Dunia
oleh:
DR. dr. Asra Al Fauzi, SpBS (K), IFAANS., SE
Tema World Stroke Day (Hari Stroke Dunia) 2016 adalah Face The Facts: Stroke is Treatable. Suatu aspek penting dari penanganan stroke yang harus diketahui masyarakat luas untuk mencegah kecacatan dan kematian akibat stroke. Dogma stroke di masyarakat harus diubah. Stroke penyakit yang tiba-tiba, stroke tidak bisa dicegah, stroke pasti cacat dan lumpuh, atau stroke sudah bakat adalah beberapa persepsi masyarakat yang salah kaprah. Kampanye bahwa stroke bisa dicegah dan diobati harus ditekankan serta akan mendorong upaya peningkatan kualitas pencegahan dan pelayanan medis terkait stroke di tingkat masyarakat luas.
Ministroke
Ministroke atau istilah medisnya Transient Ischemic Attack (TIA) adalah suatu episode terjadinya gangguan fungsi saraf akibat kekurangan pasokan darah ke otak yang terjadi beberapa saat (sementara dan membaik normal kembali dalam waktu beberapa menit sampai paling lama kurang dari 24 jam. Menurut American Stroke Association (ASA), TIA adalah episode sementara adanya disfungsi saraf akibat iskemia otak tanpa adanya infark otak (sel otak sudah mati). Jadi, sifatnya sementara dan bisa pulih kembali. Karena kondisi klinis itu, TIA sering disebut secara populer dengan Ministroke.
Gejala TIA sangat bervariasi, bergantung individu dan bagian otak yang terkena. Beberapa gejalanya antara lain pusing dan kehilangan keseimbangan sampai jatuh. Selain itu juga buta sesaat (amaurosis fugax), kesulitan bicara (afasia), kelumpuhan separo anggota tubuh (hemiparesis), terasa tebal dan semutan separo anggota tubuh (hemianesthesia), serta wajah mencong dan kadang pingsan sesaat. Penyebab TIA tersering adalah emboli (bekuan darah) dan trombus (plak lemak). Adanya plak atherosclerotic pada pembuluh darah di leher menuju otak kadang bisa lepas dan menuju pembuluh darah di otak, yang kemudian akan menyumbat aliran darah ke bagian otak tertentu.
Selain itu, bila ada kelainan jantung atrial fibrilation, mudah terjadi bekuan darah yang kemudian dipompa ke otak, terjadilah pembuntuan aliran darah ke otak. Pada TIA, pembuntuan ini bersifat sementara sehingga kelainan saraf yang terjadi bisa kembali normal. Penyempitan pembuluh darah akibat penumpukan kolesterol atau lemak akan mengakibatkan rentan terjadinya gangguan aliran ke otak. Sedikit aliran darah terganggu, mudah terjadi gejala ministroke. Keadaan kelelahan fisik, stres psikis, dan dehidrasi bisa juga menjadi pemicu timbulnya TIA atau ministroke.
Ada beberapa faktor resiko terjadinya TIA. Diantaranya riwayat keluarga stroke, usia diatas 55 tahun, hipertensi, hiperkolesterolemia, diabetes melitus, dan merokok. Sebagian faktor resiko bisa dimanipulasi dengan perubahan gaya hidup dan minum obat sesuai anjuran dokter.
Waspada
Beberapa gejala khas ministroke sejatinya sama dengan stroke sebenarnya, hanya bedanya periodenya yang sementara dan kembali normal seperti semula. Itu yang sering dianggap remeh oleh penderita, keluarga, maupun tenaga medis terkait. Dianggap sudah sembuh dengan sendirinya dan cukup pemberian obat-obatan. Penelitan Oxford University menunjukkan, 10 sampai 20 persen ministroke akan menjadi stroke sebenarnya dalam rentang waktu tiga bulan bila tidak ditangani dengan baik.
Dari angkat itu, 50 persen kasus terjadinya dalam dua hari pertama setelah kejadian ministroke. Sebesar 68 persen masyarakat ternyata tidak tahu bahwa itu gejala ministroke. Bahkan, meskipun mereka tahu, 74 persen ternyata tidak langsung memeriksakan diri ke rumah sakit terdekat. Prof. Peter Rothwell, ahli neurologi Oxford University, mengatakan “Gejala ministroke harus dianggap keadaan emergency (darurat) karena bisam enjadi stroke total dan ini yang belum diektahui masyarakat. Budaya ini harus diubah!”.
Stroke mini merupakan tanda peringatan untuk terjadinya stroke sebenarnya. Setelah TIA, harus dilakukan pemeriksaan menyeluruh untuk mencari faktor penyebab. Beberapa pole pencegahan serangan ulang antara lain kontrol tekanan darah dan gula darah, turunkan berat badan, olahraga teratur, diet ketat garam dan lemak, banyak konsumsi buah dan sayur, hindari alkohol, dan berhenti merokok. Yang lebih penting, ikuti anjuran dokter apabila perlu terapi dengan obat-obatan tertentu.
Paradigma penanganan dan dogma tentang stroke harus diubah. TIA atau gejala ministroke adalah target penanganan stroke yang sebenarnya dan harus agresif dilakukan di masyarakat. Kampanye tentang TIA dan deteksi dini awal stroke akan mencegah terjadinya stroke sebanarnya yang mengakibatkan cacat permanen. TIA yang terjadi dan sembuh sempurna sering diremehkan masyarakat dan kalangan medis. Dianggap sembuh dan tidak perlu penanganan lanjutan.
Padahal TIA merupakan alarm awal yang harus diperhatiakan dan perlu pemeriksaan serta tindakan yang agresif dalam rangka pencegahan stroke lanjutan. Serangan kedua TIA biasanya lebih fatal dan lebih besar kemungkinan terjadinya stroke sebenarnya. Edukasi dan kampanye tentang TIA atau mini stroke kepada masyarakat sangat penting untuk menurunkan angak kejadian dan kecacatan akibat stroke. World Stroke Day 2016 mengingatkan kembali tentang bahaya stroke yang bisa menyerang siapa saja, di mana saja, dan kapan saja.
Terbit di harian JawaPos 7 November 2016
http://www.jawapos.com/read/2016/11/07/62720/waspada-dan-kenali-ministroke/1