Cara Ampuh Melawan Tumor GBM (Kanker Otak)
Penyintas Kanker Otak Berbagi Resep Panjang Umur
HERRY Gunawan meniti sepeda motornya. Melaju di tengah keramaian kendaraan pagi itu. Dia berhenti di area parkir kompleks olahraga POR Surya Naga, Bubutan, Surabaya. Herry lantas berganti kaus dan celana training selutut. Kemudian masuk ke ruangan berukuran kurang lebih 5 x 10 meter. Ada banyak alat olahraga seperti treadmill, smith machine, cable machine, dan squat rack.
Pria 44 tahun tersebut mendekati smith machine. Duduk di kursi di tengah alat itu. Punggungnya bersandar. Dia mulai menggenggam besi panjang di atasnya. Gerakan tangannya vertikal, meletakkan besi panjang yang sudah dibebani dengan barbel itu menuju tatakan di atasnya. Beberapa waktu Herry berlatih dengan alat tersebut. Sebelum berpindah ke alat lainnya.
Hampir setiap hari Herry mendatangi tempat kebugaran itu. Biasanya dua jam di sana, dimulai pukul 06.00. Memang ada keinginan memiliki bentuk tubuh yang bagus. Namun, bukan itu tujuan utamanya. Ada pola hidup yang ingin dia ubah.
Lelaki tersebut pernah hampir mendekati ajalnya. Gara-gara penyakit yang menyerang tubuhnya. Pada Oktober 2015 dia merasa pusing berkepanjangan. Jalan saja sudah tak seimbang. Dokter mengatakan bahwa Herry menderita penyakit kronis.
Namun, dokter tak memberi tahu secara pasti apa penyakitnya. Istri Herry, Efie Yuliana, yang diberi tahu bahwa sakitnya itu adalah kanker otak stadium IV. Biasa disebut Tumor GBM. Bahkan, Herry tidak diberi tahu divonis hanya memiliki sisa umur 6 bulan.
Karena merasakan tubuhnya yang semakin tidak beres, saat di rumah Herry menggeledah lemari dan membuka semua berkas dari rumah sakit secara sembunyi-sembunyi. Dia berusaha mencari tahu semua keterangan yang tertulis dalam berkas melalui internet.
“Saya syok dan sempat stres juga saat itu mengetahui penyakit tumor GBM. Saya nggak percaya kenapa ini menyerang saya. Padahal, saya termasuk orang yang sering olahraga. Saya sudah mulai terbiasa fitnes sejak lama,” paparnya.
Namun, Herry menyadari bahwa kebiasaan buruknya yang lain yang mungkin menjadi pemicu tumor GBM. Yakni makan makanan tidak sehat, begadang, dan merokok. Untuk membantu kesembuhannya, dia menjalani operasi pertama pada November 2015. Pada pemeriksaan MRI, di otaknya masih tersisa sedikit sel kanker. Dia harus dioperasi lagi pada 2017. Selanjutnya, dia menjalani serangkaian pengobatan kemoterapi dan radiasi.
Sejak menjalani proses pengobatan, hari-harinya dilalui dengan mencoba memperbaiki gaya hidup. Herry berhenti total merokok. Makan dan tidur lebih diatur. Dia tak lagi sering makan di luar rumah. Makan makanan masakan istrinya di rumah dirasa yang paling aman.
Selain itu, Herry lebih sering fitnes. Dia yakin sebenarnya bukan penyakitnya itu yang membatasi umurnya. Sang Pencipta-lah yang mengatur umur setiap orang. Keluarga selalu mendukung kesembuhannya. Terutama istrinya. “Tak henti-hentinya istri saya memberi semangat dan membantu saya saat sedang down,” kenang Herry.
Pemantik semangatnya yang lain adalah saat mengetahui saudaranya yang lebih muda meninggal. Hal itu semakin membuat Herry yakin penyakitnya tak menjadi penentu ajal semakin dekat. “Kita nggak pernah tahu kapan akan mati. Belum tentu orang yang sakit akan meninggal duluan,” tutur dia.
Itu membuatnya lebih bersyukur kepada Sang Pemberi Hidup dan menjalani hayatnya tanpa takut. Hingga hampir empat tahun berselang, keadaannya jauh lebih baik. Herry tetap menjalani pekerjaan sebagai tenaga pemasaran perusahaan besi. Bedanya, dia lebih berhati-hati terhadap kesehatan. Setiap sakit kepala sedikit, dia waswas penyakit tumor GBM itu datang lagi. “Saya konsultasikan dengan dokter langsung bila kepala pusing,” ucap ayah dua anak tersebut.
Saat ini Herry sudah seperti orang sehat lainnya. Bahkan, tak terlihat sebelumnya dia pernah sakit kronis. Temannya di tempat fitnes mengatakan bahwa Herry adalah lelaki yang rajin olahraga. “Dia tetap olahraga rutin meskipun sedang sakit kanker otak,” ucap Sugeng Riyadi.
Herry, menurut Sugeng, adalah seseorang yang penuh semangat dan ulet. Entah dari mana dorongan itu. “Yang jelas, selama di tempat fitnes, saya tak pernah melihatnya jatuh sakit,” ucapnya. Pun, Sugeng tak pernah mendengar keluh kesah Herry.
Yang menangani Herry adalah Dr dr Asra Al Fauzi SE MM SpBS (K) FICS IFAANS. Dokter yang tergabung dalam tim dokter Brain and Spine Center RS Mitra Keluarga Surabaya itu menyatakan tidak menyangka Herry dapat bertahan hingga hampir 4 tahun.
Padahal, rata-rata pasien hanya mampu bertahan 6-8 bulan setelah penyakitnya masuk stadium IV. “Tapi, memang operasinya dulu bisa kami angkat semua tumornya. Sehingga memang mungkin bisa membantu kesembuhan juga. Ditambah dengan kemoterapi dan radiasi,” jelasnya.
Asra mengaku selalu memberikan saran agar tetap optimistis dan positive thinking. Juga keluarga harus supported. “Semangatnya bagus. Dia mau menjalani semua prosedur yang disarankan dokter. Dia juga bersedia mengikuti semua program terapi yang saya anjurkan,” ungkapnya.