Apakah Normal Pressure Hydrocephalus (NPH)?
Normal Pressure Hydrocephalus
(Hidrosefalus Bertekanan Normal)
oleh:
dr. Erliano Sufarnap, SpBS
Pernahkah menemukan dalam anggota keluarga kita yang lanjut usia mengalami keluhan gangguan berjalan seperti tidak seimbang, atau langkahnya lambat, pikun dalam waktu tertentu yang terasa semakin parah disertai dengan ketidakmampuan mengontrol buang air kecil atau besar? Apakah kejadian tersebut bagi anggota keluarga lainnya yang tinggal bersama si manula tadi terasa semakin hari semakin parah sehingga si manula tidak mandiri seperti sebelumnya? Kita sering menemukan orang tua yang sudah lanjut usia mengalami hal-hal yang disebut diatas. Namun beberapa waktu kemudian tidak dapat beraktifitas seperti biasa dan terbaring di tempat tidur padahal tidak lama sebelumnya masih bisa hidup mandiri. Padahal bukan merupakan akibat dari stroke ataupun penyakit lainnya.
Gejala-gejala seperti diatas merupakan kondisi yang mungkin disebabkan oleh suatu keadaan yang disebut Normal Pressure Hydrocephalus (NPH) atau dalam bahasa Indonesia disebut Hidrosefalus Bertekanan Normal. Perlu diketahui, di dalam otak kita terdapat kantung cairan otak yang disebut ventrikel dimana cairan otak diproduksi dan beredar sampai ke saluran saraf di tulang belakang kemudian kembali lagi ke otak dan diserap. (Lihat Gambar di bawah)
Apabila terjadi gangguan pada aliran dan penyerapan cairan otak, cairan ini akan terkumpul di kantung cairan otak (ventrikel) dan menyebabkan kantung ini menggembung dan menekan otak di sekitarnya sehingga berakibat pada gangguan fungsi otak. Kondisi inilah yang disebut sebagai hidrosefalus.
NPH adalah salah satu jenis hidrosefalus yang sering dialami oleh orang lanjut usia (>60 tahun) dengan insidens kira-kira 1 – 2 % dari populasi manula (>60 tahun). Angka kejadian ini diperoleh dari data di luar negeri terutama AS, Eropa dan Jepang. Di Indonesia belum diketahui data pastinya, karena perhatian terhadap kesehatan manula di negara kita masih rendah. Kita sering menganggap kondisi-kondisi diatas sebagai proses penuaan yang wajar dan tidak perlu mendapatkan penanganan khusus. Padahal bila kondisi NPH ini terdeteksi, maka kesehatan dan kemandirian para manula dapat terjaga. Penyebab dari NPH sebagian masih belum diketahui sampai saat ini, sementara sebagian lainnya merupakan suatu kelanjutan atau komplikasi dari penyakit stroke (terutama stroke perdarahan), cedera kepala, tumor otak, dan infeksi otak seperti meningitis. NPH yang penyebabnya tidak diketahui biasa disebut dengan idiopatik NPH (iNPH), sedangkan yang merupakan kelanjutan dari penyakit lainnya disebut dengan NPH sekunder (sNPH).
Terdapat tiga tanda dan gejala utama yang ditemukan pada penderita NPH yaitu pertama adalah gangguan berjalan. Gangguannya bisa berupa langkah yang pendek-pendek dan lambat, atau seperti sangat berat untuk melangkah seolah-seolah kedua kaki lengket dengan lantai, bahkan pada kondisi yang berat, tidak dapat bangkit dari duduk atau berbaring. Pada kondisi yang berat dan tidak ditangani segera, pasien umumnya hanya bisa terbaring di tempat tidur. Gejala kedua yang sering adalah pikun atau dalam bahasa medis disebut demensia yang membuat penderita NPH menjadi lambat dalam merespon lawan bicara, hilang ingatan jangka pendek, tidak mampu konsentrasi dan mengambil keputusan, perubahan prilaku dan kebiasaan. Demensia pada penderita NPH adalah demensia yang dapat pulih bila ditangani dengan baik. Gejala utama yang ketiga adalah ketidakmampuan mengontrol buang air kecil ataupun buang air besar. Seseorang dikatakan menderita NPH bila ditemukan ketiga gejala utama tersebut di atas. Gejala-gejala lain seperti sempoyongan, pusing dan nyeri kepala sering juga ditemukan.
Bila pada orang yang lanjut usia, ditemukan tiga gejala utama tersebut, terutama bila sebelumnya belum pernah dialami, maka sebaiknya konsultasi pada dokter untuk menentukan diagnosa NPH. Dokter akan mewawancarai keluarga yang mengetahui dengan baik kondisi pasien terutama sebelum berubah dan juga terhadap pasien. Ada beberapa tes ataupun pemeriksaan yang perlu dilakukan termasuk pemeriksaan radiologis berupa CT scan atau MRI untuk memastikan diagnosa NPH. Berbagai prosedur pemeriksaan akan dijelaskan pada keluarga demi kepastian diagnosa. Diagnosa yang cepat dan tepat , memungkinkan penanganan yang baik sehingga kondisi pasien tidak berlanjut menjadi buruk dan permanen.
Penanganan NPH adalah dengan cara operasi pemasangan selang untuk mengalirkan cairan otak yang terbendung di dalam kantong cairan otak ke rongga perut. Operasi ini disebut operasi pemintasan cairan otak dari kantung cairan otak/ventrikel ke rongga peritoneum di perut sehingga disebut Ventriculo Peritoneal Shunt (VP shunt). Slang ini dimasukkan di bawah kulit dari kepala sampai ke perut dengan teknik dan alat khusus sehingga slang tak tampak. Khusus untuk NPH, tekanan cairan otak di kantung cairan otak (ventrikel) masih dalam kisaran normal, berbeda dengan hidrosefalus lainnya dimana tekanannya tinggi. Oleh karena itu, slang yang dipasang pada pasien NPH tipe nya berbeda dengan yang dipasang untuk hidrosefalus selain NPH. Slang untuk NPH dapat diatur tekanannya menggunakan alat pengatur khusus. Slang ini dikenal sebagai Programable Shunt, sehingga tekanannya dapat disesuaikan dengan tekanan cairan otak pada masing-masing pasien.
Angka kejadian NPH memang sedikit dan untuk masyarakat kita masih dianggap sepele, namun bila kita mengetahui nya dan segera ditangani, hasilnya baik untuk kemandirian dan kualitas hidup manula.
Tulisan ini telah diterbitkan pada majalah SCG edisi bulan Desember 2016